Mungkin sebagian manusia, yang dirundung sesaknya dunia.
Pelariannya adalah Heroin, Ganja, Double L, Ekstasi, Jack Daniels, Sherry, Gin, Vodka, atau bahkan Topi Miring.
Atau minimal, lari ke sarang berlampu remang.
Menari dibawah lampu Kunang-kunang dengan music DJ yang memekakkan telinga.
Oh itu .. Lupakan.
Aku.
Sederhana saja, Aku melarikan diriku, pada cairan hitam pekat dengan sedikit gula, juga sebatang kecil Tembakau beraroma mint,
Memenuhi paru-paruku dengan asap manis, kala aku rindu kamu.
Aku yang tak pernah berani mengajakmu berbicara sedikitpun.
Aku yang hanya bisa memandangmu dari kejauhan dalam diam.
Ya aku terlalu pengecut untuk bisa mengajakmu bicara.
Aku bukan seorang bonek yang garang didepanmu.
Oh iya.. aku bisa bicara denganmu. jika ada orang lain yang sedang bersamamu.
Aku hanya bisa meneguk Kafein pekat yang sarat akan pahitnya dunia, tapi kamu membuatnya manis..
Iya, kamulah manis yang penuh kepahitan, dan akulah pahit yang penuh kemanisan.
Aku akui, senyummu saja bisa membuatku lumer. Meleleh kemana-mana.
Eh kamu, Kafein dan nikotinku. yang tak pernah absen di sore dan malam hariku.
Tanpa itu hidupku bukan hidup namanya.
Sebegitunya aku memaknaimu dalam hidupku.
Senyum berbehel itu yang selalu tertinggal di langit-lagit kamarku yang putih.
Pria berponi berubuh ceking dan telah berkepala dua itu yang mengisi euforia hariku, yang membuatku menemukan makna dalam menjalani hari.
Oh, oke sebelum ini aku pernah salah mencinta. Mencinta makhluk berbeda yang tak semanis kamu.
Dia, hanya bisa menghadirkan tangis dalam diamku. sedang kamu tidak.
Kamu memang menghadirkan tangis. tapi berbeda, ia punya rasa, ya, rasa yang hangat.
"Jangan heran, jika aku ada di dalam cangkir kopi yang kau sedu. Sebab Tuhan tahu, dimana tempat rindu layak untuk dijatuhkan." katamu suatu malam, disebuah kafe, di Kota Pahlawan.
Aku tau kamu mengutipnya dari Jejaring burung biru muda.
Aku tau kamu merayuku.
Hahaha, itu manis.
(aku tersenyum selalu ketika mengingatnya.)
Tuhan itu maha Asyik.
Ia mungkin mendaratkan seseorang dihariku, mungkin seseorang yang salah.
Tapi kemudian Ia menyadarkan aku.
Bahwa kamulah Alien yang layak menghuni pulau kecil berkarat yang berkali-kali tenggelam ini.
Sebut aku Sang Pecandu.
Karena aku Sakau jika tak ada senyummu.
Sebut aku Pecandu, yang tak bisa mangkir dari kehebohan sajak tentangmu, dan senyum berpagarmu.
Sebut aku Pecandu
Karena kamulah sebatang Nikotin dan secangkir Kafein ku.
:)
R
No comments:
Post a Comment