February 27, 2013

Baris Terakhir

Ku tatap sebuah nama yang terukir dalam nisan itu. Ah, ya, kamu , seseorang yang memberiku kenikmatan. Walau hanya dalam mimpi. Kini terbaring tak berdaya dibawahnya.

Akhirnya ku sadari semuanya hanyalah mimpi. Mimpi yang Kamu berikan saat itu terasa sangat nyata. Kenangan terakhir yang kamu berikan sebelum benar-benar pergi meninggalkan dunia ini. Mimpi itu benar-benar nyata bagiku.

‘Aku berjanji, aku akan tetap bersamamu, mencintaimu, menyayangimu, sampai  akhir hidup kita dan bahkan jika kamu sudah tidak ada disini lagi, aku akan tetap menunggumu hingga waktu itu datang’ kata-kata itu masih terngiang-ngiang di otakku. Aku masih mengingatnya. Aku meyakini jika itu adalah ucapan yang benar-benar ingin kamu sampaikan padaku.

***
Aku rela jika aku harus hidup dibawah bayang-bayang mimpiku, asalkan aku bisa selalu bersamamu.. Jika hanya lewat mimpi aku bisa memilikimu seutuhnya, mencintaimu, dan selalu ada disisimu aku rela untuk tidak pernah terbangun dari mimpiku..
Ternyata begitu sulit untuk mencintaimu di dunia nyata.. Kau telah pergi meninggalkan semuanya.. Senyummu begitu berarti banyak bagi kehidupanku..
Tetaplah datang dalam mimpiku, karena hanya itulah yang dapat membuatku sanggup menjalani hidup.. Biarkan aku tetap hidup dalam bayang-bayang mimpimu.. Biarkan aku tetap mencintaimu dalam mimpiku sampai kita dipertemukan kembali… Dan biarkan aku tetap memilikimu selamanya…
disisimu aku rela untuk tidak pernah terbangun dari mimpiku..
Sebenarnya, jika aku boleh jujur, pada diriku, atau bahkan pada kamu.. Keceriaan, Senyuman, seakan semua baik-baik saja, itu bukan aku.
Pribadi yang kuat, yang bagi mereka, aku bisa menangani semuanya, itu bukan aku. Aku ingin menangis, ingin melimpahkan segala kekesalan diri yang mungkin hendak meledak ini, tapi, aku bisa apa?
Pada akhirnya aku hanya bisa berlari pada sang malam dan melimpahkan segala kepedihanku. Ingin aku berontak. Aku tak mau hidup seperti ini. Diselimuti kediaman tentang segala hal yang ingin ku ungkapkan. Segala terasa berbeda. Aku tak seperti dulu mungkin.
Yang bisa seenaknya menyatakan apa yang aku rasakan.

Memelukmu dibelakang  sekolah  dan mengadu padamu, ada yang menggangguku?
Aku rindu saat itu.
Tapi waktu  tak dapat lagi diputar.  Jika saja ada. Aku ingin memilikinya. Sayang waktu bukan seperti jam pasir yang bisa dibolak-balik semaunya. Sehingga aku dapat memutar kembali masa itu, waktu itu, saat itu dimana disana ada aku, kamu, dan hujan..

Hah, jadi bicara tentang hujan lagi.  Ya hujan memori itu.. 12 tahun yang lalu. Saat kita, masih penuh dengan senyum kekanakan, tawa ceria.  Berlarian, seakan-akan waktu mengejar kita, Di waktu itu, kita, aku dan kamu, ya, dengan 5 sahabat kita, Kinkin, Cahya, Noval, Iqbal dan Citra. Itulah cerita . Kemarin terulang lagi, tapi bukan dengan kamu, bukan dengan 5 sahabat kita..
Tapi dengan bola biru, kuning, putih dan jarring-jaring net, tiang penyangganya, lapangan coklat berpasir, juga embun petang, dan juga sosok itu. Sosok yang membawa alunan lagu masa lalu, yang indah. Ya, Sosok itu, yang membuatku jatuh cinta pada Masa Orientasi Siswa. Dia, yang sejenak mengalihkan bayanganmu sejenak.
Konyol kan?
Kamu pikir, dia bisa mengalihkan aku sepenuhnya dari bayanganmu? Tidak?!
Kamu pikir aku bahagia? Tidak?!
Rasa bersalah menghantuiku. Aku selalu melihat sosokmu lagi di dirinya. Kamu yang aku lihat.. bukan kakak itu. Bukan dirinya sendiri?! Salah kan?
Yang penting kamu sudah bahagia. Itu cukup.

No comments:

Post a Comment