February 16, 2014

Cinta dalam Secangkir Kopi



Kemarin, dengan gontai aku berusaha berlari. Mengejar harap. Menemui asa. Tanpa prasangka, aku harap kamu ada. Rasanya bergemuruh tak lepas dari dada. Ya, aku akan bertemu denganmu. Kita akan bertemu.
Dalam gundah, dan tubuh lelah aku masih mengiba. Agar Tuhan ijinkan kita bertatap muka. Walau sekali saja.
Tapi kau tak datang. Atau bahkan mungkin tak punya keinginan untuk datang. Dan menyapaku walau sekejap mata. Lantas aku kecewa. Pun ketika jatuh air mata.
Mungkin aku terlalu takut. Takut kehilangan orang yang bahkan sama sekali belum pernah kumiliki. Dalam pagi hingga malam, kau hadir memenuhi inspirasi.
Aku buta tentang cinta. Yang aku tau, aku mengingatmu dalam secangkir kopi yang terhidang setiap petang menuju malam. Ketika jemariku menari menuliskan namamu. Ahh.., menyebutnya saja aku malu.
Lalu otakku mencair. Namun terasa indah saat ku selami intuisi. Ya, engkau ada di secangkir kopi, melalui jemari, dan melewati batas imajinasi.
Maka dengan penuh rindu, kusampaikan salam cinta untukmu..
Penganut sarkasme baik hati,
Pemikir sejati yang sibuk mencari jatidiri,
Pengkritik hebat kelas kakap,
Dan pemberi inspirasi tiada henti…
Kau yang tak pernah sempat kumiliki,
Aku mengenangmu dalam sunyi,
ditemani secangkir kopi,
dan terhempas bias-bias mimpi…
Biar saja indahnya hanya aku dan Tuhan yang tau..
Karena aku hanya ingin mengenangmu..
Lewat puisi dan kisah syahdu.
Layaknya kopi yang hadirkan candu…
Untukku.

No comments:

Post a Comment