February 20, 2014

Dengan Secangkir Kopi.

Sore, mulai tampak kelabu sinarnya. Tak ada sinar yang menerangi.
Mulai gelap dan suram.
Iya, Suram. Detik-detik mulai berjalan merayap. Merayapi langit-langit yang disana ada senyummu.

Secangkir pekat kafein menemaniku menghabiskan sore yang kelam ini.
Sial. Bayanganmu kembali muncul tanpa aku undang.

Secangkir pekat. dan ada bayanganmu disana.
Tersenyum, menampakkan sebaris gigi yang berpagar itu.
Itu lucu.
Yah mungkin aku dulu pernah bilang "Lebih baik berkacamata, daripada berbehel."
Tapi kamu, kamu berbeda, Kamu memakai dua-duanya, meski, kacamata tak sering kamu pakai.

Tapi, semakin aku memandang cangkir itu, semakin pekat kehadiranmu didalamnya.
Kamu sama seperti kopi ini, sama-sama jadi candu terhebat di hariku.
Bahkan. Rasanya hariku takkan lengkap. Seperti sudah ada kamu, nyawamu dalam kopi ini.

Cara berfikirmu yang berbeda. aku mengaguminya. Kamu yang dewasa, aku mengaguminya,
Perhatian samarmu kepadaku, Aku menyukainya. Kamu, seperti makhluk yang berasal dari planet lain.

Entah. Kamu seperti secangkir kopi dan sebatang LA Mint, Ya, kolaborasi sederhana yang bisa membuat bahagia.
Aku tahu, karena aku pecandunya.

Entah berceloteh di Jejaring burung biru muda  bersama kamu saja aku sudah bahagia.
Bercanda, menghujat sistem Indonesia yang menjengkelkan itu hal baru untukku.

Aku Mengagumi sosokmu, dari awal, bahkan sebelum aku bertemu denganmu. hanya memandang fotomu saja.. Aku Terkagum.

Aku tersenyum. Berbahagia... Mendesah di garis-garis batas logika.
Aku mencintaimu dalam diam. Mencintaimu dibatas senja.
Biarkan asap tembakau kering ini mengantarkan rasaku padamu.

R. OTNAIRDA. W.
GNAY UMIATNICNEM
ADNAN. P. NIRA P.

hahaha....
#abaikan

No comments:

Post a Comment