February 21, 2014

Sesulut Pagi bersama Secangkir Kafein

Pagi ini hening, hanya rintik gerimis dan kesibukan embun-embun bening yang memecahnya.
Menikmati pagi bersama udaranya yang bersih, entah negeri Dhaha ini begitu membangkitkan kenangan.

Kali ini tak kunikmati Pagiku yang Damai ini bersama puntung nikotin. Aku hanya ingin damai tanpa polusi.

Oh. Tapi belum lengkap, ada yang kurang.
Uap kefein dari cangkir ayahku yang merayap di bantaran udara ini. sedikit menggangguku.
Dibuatnya aku gelisah. seperti Manusia  pecandu yang tak terjamah Morfin 2 minggu. sakau.

Itu yang memaksaku bangkit dari keheningan ini, melangkahkan kaki menyeduh si hitam dengan sedikit kristal putih manis.

Pagiku sempurna.
Aroma ini,
Kamu.
Ada. Lengkap.

Adakah yang lebih membahagiakan dari setiap kepulannya dan setiap teguknya?

Berkali-kali aku mengatakan,  Kolaborasi sederhana yang mebahagiakan itu : Kamu dan kopi.
Membuatku menjadi pecandu yang bahagia. Aku tidak butuh rehabilitasi untuk hal ini.

Ini gila, tapi aku bahagia.
Cukup indah meski hanya mengamatimu dari hitam-putih, abu-abu potretmu.
Dengan senyum lebar berpagarmu,
Rambut yang menjadi kebanggaanmu.

Iya itu kamu, Ciri khasmu.

Entah hanya dengan uap Kafein yang menggebu ini aku bisa menginggat kamu.
Tuh kan. Kamu dan Cangkir kecil ini berhubungan.

Tuhan emang Maha Asyik.

Dia menciptakan tanaman Kopi sebagai media penyimpan memori tentang kamu.

Seteguk saja aku bisa mengingat senyummu.
Dua teguk aku bisa merasa rengkuhanmu.

haha..
Aku bukan Phsycopat kok.
Aku hanya melampiaskan kebahagiaanku.
Hidup dengan fantasi-fantasiku.

Iya, ini caraku mengisi kesepian.

Kita dua Makhluk pecandu. yang masih belum disadarkan untuk bersama.

Ya. Melihatmu. dalam diam, Aku lebih bahagia begitu.

No comments:

Post a Comment