February 16, 2014

Secangkir Kopi dan Kenangan

Hai, 2 bulan tidak bertemu.

Hai juga kenanganku yang terukir rapi diatas relief-relief kuno itu.

Hari ini di Bulan Penuh Cinta bagi yang memiliki pasangan.
Bulan dengan Hari yang paling sedikit diantara bulanya yang lainnya dalam satu tahun.
Bulan Cokelat.

Ya bukan kah cokelat itu sebenarnya adalah hal yang pahit, tapi kemudian terasa manis karena ada sentuhan gula-gula kecil yang putih dan murni.
Konyol. tapi sebutir cokelat bisa menenangkan.


Oke. kali ini aku terduduk disini bukan ditemani sekotak cokelat Forero Rotcher yang kamu kirimkan dari seberang pulau bersalju disana.
Aku kini terduduk sendiri disini, dibalik kaca bening ini, terpaku, menatap hujan yang tak biasa diluar sana. Hujan Pasir. Ya, tampaknya si kokoh Kelud itu sedang ingin mengamuk, sudah muak dengan kelakuan manusia seperti kamu. Hahaha...Ternyata sebongkah Gunung yang memahami aku. Tidak dengan makhluk Tuhan berderajat tinggi sepertimu. Yang katanya punya Harga diri yang tinggi.

Dan, Aku?
Hanya bisa menatap amukannnya dari radius 35 kilometer. Ya, sepuntung LA Mild ini bersedia menemaniku bersama secangkir kapal api pekat dengan sedikit gula.
Bahagia itu sederhana. Kenapa tak dari dulu saja kunikmati hidup seperti ini?
Membiarkan paru-paru yang kian rusak ini terisi asap Mint. dan mati perlahan-lahan.
Oh tidak bukan mati. Sekarat.
Bukankah Nikotin dan Kafein ini kolaborasi sederhana, yang mengantarkan aku pada kebahagiaan sejenak dari bayang-bayangmu?

Iya kamu, si Mata Kucing bodoh yang tidak peduli sedikitpun padaku.

Oh ayolah, jangan hantui aku. Aku sudah meyakinkan diri bahwa kamu tak layak untukku.
Tidak dengan tonggak keyakinanmu itu.
Ketidak pedulianmu juga jadi aksesoris yang indah untukku semakin membencimu dan meninggalkanmu.
Jangan salahkan siapa-siapa. Aku. Aku yang memilih ini.
Ini. Mutlak keputusanku.
Kamu harus tahu. Tidak ada lagi celah hatiku yang bisa untuk membanggakanmu.
Kamu sudah hancur. Tepat pada saat kamu membanggakan dia didepanku.

Kamu Mutlak Musnah.

dan Hanya secangkir kecil yang hitam pekat ini, juga Nikotin ini yang bisa mengerti aku. Tidak dengan kamu

No comments:

Post a Comment